Senin, 18 Januari 2010

intraksi sosial dalam sosiologi

Masyarakat dapat dipandang terdiri dari seperangkat posisi-posisi sosial. Posisi sosial ini dinamakan status. Farley [1992] mengungkapkan, ada berbagai macam status berdasarkan cara memperolehnya. Pertama, status yang diperoleh begitu saja tanpa suatu usaha tertentu dari orang bersangkutan (ascribed status). Misalnya, status yang diterima begitu saja ketika orang terlahir sebagai laki-laki atau perempuan (jenis kelamin), berkulit putih atau berkulit hitam (ras), dan karakteristik keluarga tempat orang itu dilahirkan. Kedua, status yang diperoleh setidaknya sebagian melalui upaya tertentu atau perjuangan dari orang bersangkutan (achieved status). Seperti: jabatan di kantor, tingkat pendidikan, dan tingkat penghasilan. Status mahasiswa tentu termasuk kategori kedua ini.
Status Set
Di dalam menjelaskan kedudukan individu dalam masyarakat dapat digunakan sebuah konsep status dan peran. Adapun definisi yang dibuat oleh sosiolog Ralp Linton mengenai kedua konsep tersebut ialah sebagai berikut. Status ialah “a collection of right and duties” (suatu kumpulan hak dan kewajiban), sedangkan peran ialah “the dynamic aspect of status” (aspek dinamis dari suatu status). Definisi sederhana yang dibuat oleh Linton ini memberikan deskripsi mengenai posisi dan kedudukan dari status-peran.
Status/kedudukan itu sendiri adalah suatu peringkat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok, atau posisi suatu kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lainnya. Setiap orang mungkin memiliki sejumlah status dan diharapkan mengisi peran yang sesuai dengan status itu. Dalam arti tertentu, status dan peran adalah dua aspek dari gejala yang sama. Status adalah seperangkat hak dan kewajiban, sedangkan peran adalah pemeranan dari perangkat kewajiban dan hak-hak tersebut


Master Status
Ada berbagai faktor yang menentukan suatu kedudukan sosial atau status. Antara lain: kelahiran, unsur biologis, harta kekayaan, pekerjaan, agama. Kedudukan sosial seseorang dalam masyarakat tidak ditentukan oleh satu faktor saja. Bisa terjadi, beberapa faktor sekaligus menentukan kedudukan sosial seseorang atau suatu golongan, sehingga sulit menentukan faktor mana yang mempunyai pengaruh dominan terhadap kedudukan sosial. Selain itu ada pula status yang ditempatkan di atas status-status lain, dilihat dari segi pengaruhnya terhadap kehidupan orang tersebut. Status semacam itu dinamakan master status. Misalnya, untuk orang dewasa, kemungkinan master status-nya adalah pekerjaan (occupation), atau bisa jadi posisinya dalam keluarga sebagai ayah, suami, atau istri.
Karena pada saat yang sama seseorang memegang berbagai status yang berbeda, dan status-status ini boleh jadi tidak memiliki peringkat yang sama, dapat terjadi ketidakkonsistenan status. Kondisi ini disebut juga ketidaksesuaian status (status discrepancy) atau keganjilan status (status incongruity). Inkonsistensi status tampak, misalnya, bilamana seseorang secara umum tidak diakui menyandang suatu status padahal status itu dirasakannya pantas, seperti orang kaya baru yang dicemoohkan oleh orang yang berdarah ningrat. Contoh lain, seorang pria menjadi sekretaris dari eksekutif wanita, atau orang berpendidikan tinggi yang terpaksa harus menerima pekerjaan berkualifikasi rendah.
Role Set
Makna peran, menurut Suhardono, dapat dijelaskan melalui beberapa cara, yaitu pertama penjelasan historis. Menurut penjelasan historis, konsep peran semula dipinjam dari kalangan yang memiliki hubungan erat dengan drama atau teater yang hidup subur pada zaman Yunani Kuno atau Romawi. Dalam hal ini, peran berarti katakter yang disandang atau dibawakan oleh seorang aktor dalam sebuah pentas dengan lakon tertentu. Kedua, pengertian peran menurut ilmu sosial. Peran dalam ilmu sosial berarti suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu posisi dalam struktur sosial tertentu. Dengan menduduki jabatan tertentu, seseorang dapat memainkan fungsinya karena posisi yang didudukinya tersebut.Pengertian peran dalam kelompok pertama di atas merupakan pengertian yang dikembangkan oleh paham strukturalis di mana lebih berkaitan antara peran-peran sebagai unit kultural yang mengacu kepada hak dan kewajiban yang secara normatif telah dicanangkan oleh sistem budaya. Sedangkan pengertian peran dalam kelompok dua adalah paham interaksionis, karena lebih memperlihatkan konotasi aktif dinamis dari fenomena peran.
Seseorang dikatakan menjalankan peran manakala ia menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan bagian tidak terpisah dari status yang disandangnya. Setiap status sosial terkait dengan satu atau lebih peran sosial. Menurut Horton dan Hunt [1993], peran (role) adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu status. Berbagai peran yang tergabung dan terkait pada satu status ini oleh Merton [1968] dinamakan perangkat peran (role set). Dalam kerangka besar, organisasi masyarakat, atau yang disebut sebagai struktur sosial, ditentukan oleh hakekat (nature) dari peran-peran ini, hubungan antara peran-peran tersebut, serta distribusi sumberdaya yang langka di antara orang-orang yang memainkannya. Masyarakat yang berbeda merumuskan, mengorganisasikan, dan memberi imbalan (reward) terhadap aktivitas-aktivitas mereka dengan cara yang berbeda, sehingga setiap masyarakat memiliki struktur sosial yang berbeda pula. Bila yang diartikan dengan peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang dalam suatu status tertentu, maka perilaku peran adalah perilaku yang sesungguhnya dari orang yang melakukan peran tersebut. Perilaku peran mungkin berbeda dari perilaku yang diharapkan karena beberapa alasan. Sedangkan, Abu Ahmadi [1982] mendefinisikan peran sebagai suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya.
Meninjau kembali penjelasan tentang peran secara historis, Bilton, et al. [1981] menyatakan, peran sosial mirip dengan peran yang dimainkan seorang actor, maksudnya orang yang memiliki posisi-posisi atau status-status tertentu dalam masyarakat diharapkan untuk berperilaku dalam cara-cara tertentu yang bisa diprediksikan, seolah-olah sejumlah "naskah" (scripts) sudah disiapkan untuk mereka. Namun harapan-harapan yang terkait dengan peran-peran ini tidak hanya bersifat satu-arah. Seseorang tidak hanya diharapkan memainkan suatu peran dengan cara-cara khas tertentu, namun orang itu sendiri juga mengharapkan orang lain untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap dirinya. Seorang dokter dapat menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat sangat pribadi kepada pasien dan mengharapkan pasiennya menjawab dengan jujur. Sebaliknya si pasien mengharapkan dokter untuk merahasiakan dan tidak menyebarkan informasi yang bersifat pribadi ini ke pihak lain. Jadi peran sosial itu melibatkan situasi saling-mengharapkan (mutual-expectations).
Peran sosial karena itu bukanlah semata-mata cara orang berperilaku yang bisa diawasi, tetapi juga menyangkut cara berperilaku yang dipikirkan seharusnya dilakukan orang bersangkutan. Gagasan-gagasan tentang apa yang seharusnya dilakukan orang, tentang perilaku apa yang "pantas" atau "layak", ini dinamakan norma.
Harapan-harapan terpenting yang melingkupi peran sosial bukanlah sekadar pernyataan-pernyataan tentang apa yang sebenarnya terjadi, tentang apa yang akan dilakukan seseorang, di luar kebiasaan, dan seterusnya, tapi norma-norma yang menggarisbawahi segala sesuatu, di mana seseorang yang memiliki status diwajibkan untuk menjalankannya. Jadi, peran-peran itu secara normatif dirumuskan, sedangkan harapan-harapan itu adalah tentang pola perilaku ideal, terhadap mana perilaku yang sebenarnya hanya bisa mendekati.
Dalam kaitannya dengan peran yang harus dilakukan, tidak semuanya mampu untuk menjalankan peran yang melekat dalam dirinya. Oleh karena itu, tidak jarang terjadi kekurangberhasilan dalam menjalankan perannya. Dalam ilmu sosial, ketidakberhasilan ini terwujud dalam role conflict dan role strain.
Role Conflict
Setiap orang memainkan sejumlah peran yang berbeda, dan kadang-kadang peran-peran tersebut membawa harapan-harapan yang bertentangan. Menurut Hendropuspito [1989], konflik peran (role conflict) sering terjadi pada orang yang memegang sejumlah peran yang berbeda macamnya, kalau peran-peran itu mempunyai pola kelakuan yang saling berlawanan meski subjek atau sasaran yang dituju sama. Dengan kata lain, bentrokan peranan terjadi kalau untuk menaati suatu pola, seseorang harus melanggar pola lain. Setidaknya ada dua macam konflik peran. Yakni, konflik antara berbagai peran yang berbeda, dan konflik dalam satu peran tunggal. Pertama, satu atau lebih peran (apakah itu peran independen atau bagian-bagian dari seperangkat peran) mungkin menimbulkan kewajiban-kewajiban yang bertentangan bagi seseorang. Kedua, dalam peran tunggal mungkin ada konflik inheren.
Role Strain
Adanya harapan-harapan yang bertentangan dalam satu peran yang sama ini dinamakan role strain. Satu hal yang menyebabkan terjadinya role strain adalah karena peran apapun sering menuntut adanya interaksi dengan berbagai status lain yang berbeda. Sampai tingkatan tertentu, masing-masing interaksi ini merumuskan peran yang berbeda, karena membawa harapan-harapan yang berbeda pula. Maka, apa yang tampak sebagai satu peran tunggal mungkin dalam sejumlah aspek sebenarnya adalah beberapa peran. Misalnya, status sebagai karyawan bagian pemasaran (sales) eceran di sebuah perusahaan, dalam arti tertentu sebenarnya membawa beberapa peran: sebagai bawahan (terhadap atasan di perusahaan itu), sebagai sesama pekerja (terhadap karyawan-karyawan lain di perusahaan itu), dan sebagai penjual (terhadap konsumen dan masyarakat yang ditawari produk perusahaan tersebut).
Menurut Horton dan Hunt [1993], seseorang mungkin tidak memandang suatu peran dengan cara yang sama sebagaimana orang lain memandangnya. Sifat kepribadian seseorang mempengaruhi bagaimana orang itu merasakan peran tersebut. Tidak semua orang yang mengisi suatu peran merasa sama terikatnya kepada peran tersebut, karena hal ini dapat bertentangan dengan peran lainnya. Semua faktor ini terpadu sedemikian rupa, sehingga tidak ada dua individu yang memerankan satu peran tertentu dengan cara yang benar-benar sama.
Ada beberapa proses yang umum untuk memperkecil ketegangan peran dan melindungi diri dari rasa bersalah. Pertama, rasionalisasi, yakni suatu proses defensif untuk mendefinisikan kembali suatu situasi yang menyakitkan dengan istilah-istilah yang secara sosial dan pribadi dapat diterima. Rasionalisasi menutupi kenyataan konflik peran, yang mencegah kesadaran bahwa ada konflik. Misalnya, orang yang percaya bahwa "semua manusia sederajat" tapi tetap merasa tidak berdosa memiliki budak, dengan dalih bahwa budak bukanlah "manusia" tetapi "benda milik."
Kedua, pengkotakan (compartmentalization), yakni memperkecil ketegangan peran dengan memagari peran seseorang dalam kotak-kotak kehidupan yang terpisah, sehingga seseorang hanya menanggapi seperangkat tuntutan peran pada satu waktu tertentu. Misalnya, seorang politisi yang di acara seminar bicara berapi-api tentang pembelaan kepentingan rakyat, tapi di kantornya sendiri ia terus melakukan korupsi dan merugikan kepentingan rakyat.
Ketiga, ajudikasi (adjudication), yakni prosedur yang resmi untuk mengalihkan penyelesaian konflik peran yang sulit kepada pihak ketiga, sehingga seseorang merasa bebas dari tanggung jawab dan dosa.
Terakhir, kadang-kadang orang membuat pemisahan secara sadar antara peranan dan "kedirian" (self), sehingga konflik antara peran dan kedirian dapat muncul sebagai satu bentuk dari konflik peran. Bila orang menampilkan peran yang tidak disukai, mereka kadang-kadang mengatakan bahwa mereka hanya menjalankan apa yang harus mereka perbuat. Sehingga secara tak langsung mereka mengatakan, karakter mereka yang sesungguhnya tidak dapat disamakan dengan tindakan-tindakan mereka itu.
Konflik-konflik nyata antara peran dan kedirian itu dapat dianalisis dengan konsep jarak peran (role distance) yang dikembangkan Erving Goffman. "Jarak peran" diartikan sebagai suatu kesan yang ditonjolkan oleh individu bahwa ia tidak terlibat sepenuhnya atau tidak menerima definisi situasi yang tercermin dalam penampilan perannya. Ia melakukan komunikasi-komunikasi yang tidak sesuai dengan sifat dari peranannya untuk menunjukkan bahwa ia lebih dari sekadar peran yang dimainkannya. Seperti, pelayan toko yang mengusulkan pembeli untuk pergi ke toko lain karena mungkin bisa mendapatkan harga yang lebih murah. Ini merupakan tindakan mengambil jarak dari peran yang mereka lakukan dalam suatu situasi. Penampilan "jarak peran" menunjukkan adanya perasaan kurang terikat terhadap peranan. Pada sisi lain, "penyatuan diri" dengan peranan secara total merupakan kebalikan dari "jarak peran." Penyatuan diri terhadap peran tidak dilihat dari sikap seseorang terhadap perannya, tetapi dari tindakan nyata yang dilakukannya. Seorang individu menyatu dengan perannya bila ia menunjukkan semua kemampuan yang diperlukan dan secara penuh melibatkan diri dalam penampilan peran tersebut


Read More......

Selasa, 17 November 2009

pentingnya sosilogi dalam penelitian

Pengertian
Sosiologi merupakan sebuah istilah yang berasal dari kata latin socius yang artinya teman, dan logos dari kata Yunani yang berarti cerita, diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul “Cours De Philosophie Positive” karangan Auguste Comte (1798-1857). Sosiologi muncul sejak ratusan, bahkan ribuan tahun yang lalu. Namun sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat baru lahir kemudian di Eropa.

Sejak awal masehi hingga abad 19, Eropa dapat dikatakan menjadi pusat tumbuhnya peradaban dunia, para ilmuwan ketika itu mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial. Para ilmuwan itu kemudian berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia.

Dalam buku itu, Comte menyebutkan ada tiga tahap perkembangan intelektual, yang masing-masing merupakan perkembangan dari tahap sebelumya.
Tiga tahapan itu adalah :
Tahap teologis; adalah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh suatu kekuatan yang berada di atas manusia.
Tahap metafisis; pada tahap ini manusia menganggap bahwa didalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan. Oleh karena adanya kepercayaan bahwa setiap cita-cita terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak ada usaha untuk menemukan hukum-hukum alam yang seragam.
Tahap positif; adalah tahap dimana manusia mulai berpikir secara ilmiah.
Comte kemudian membedakan antara sosiologi statis dan sosiologi dinamis. Sosiologi statis memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat. Sosiologi dinamis memusatkan perhatian tentang perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan.oe
Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi. Mereka antara lain Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber, dan Pitirim Sorokin(semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing berjasa besar menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan Sosiologi.
Herbert Spencer memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasiyang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain.
Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap konflik antar-kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan masyarakat.
Emile Durkheim memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial.
Max Weber memperkenalkan pendekatan verstehen (pemahaman), yang berupaya menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntun perilaku manusia.

Pokok bahasan sosiologi
Fakta sosial
Fakta sosial adalah cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar individu dan mempunya kekuatan memaksa dan mengendalikan individu tersebut. Contoh, di sekolah seorang murid diwajidkan untuk datang tepat waktu, menggunakan seragam, dan bersikap hormat kepadaguru. Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan ke dalam sebuah aturan dan memiliki sanksi tertentu jika dilanggar. Dari contoh tersebut bisa dilihat adanya cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang ada di luar individu (sekolah), yang bersifat memaksa dan mengendalikan individu (murid).
Tindakan sosial
Tindakan sosial adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain. Contoh, menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan merupakan tindakan sosial, tetapi menanam bunga untuk diikutsertakan dalam sebuah lomba sehingga mendapat perhatian orang lain, merupakan tindakan sosial.
Khayalan sosiologis
Khayalan sosiologis diperlukan untuk dapat memahami apa yang terjadi di masyarakat maupun yang ada dalam diri manusia. Menurut Wright Mills, dengan khayalan sosiologi, kita mampu memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara keduanya.Alat untuk melakukan khayalan sosiologis adalah troubles dan issues. Troubles adalah permasalahan pribadi individu dan merupakan ancaman terhadap nilai-nilai pribadi. Issues merupakan hal yang ada di luar jangkauan kehidupan pribadi individu. Contoh, jika suatu daerah hanya memiliki satu orang yang menganggur, maka pengangguran itu adalah trouble. Masalah individual ini pemecahannya bisa lewat peningkatan keterampilan pribadi. Sementara jika di kota tersebut ada 12 juta penduduk yang menganggur dari 18 juta jiwa yang ada, maka pengangguran tersebut merupakan issue, yang pemecahannya menuntut kajian lebih luas lagi.
Realitas sosial
Seorang sosiolog harus bisa menyingkap berbagai tabir dan mengungkap tiap helai tabir menjadi suatu realitas yang tidak terduga. Syaratnya, sosiolog tersebut harus mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian normatif.

jadi dalam setiap penlitian seorang sosoiloog harus Berdasarkan fakta sosial itu dapat ditarik kesimpulan perubahan masyarakat secara menyeluruh. Sejak saat itulah disadari betapa pentingnya penelitian (research) dalam sosiologi.

Read More......

Kamis, 26 Maret 2009

KRITIKAN KECIL yang diungkap SEORANG yang KECIl kepada calon pemimpin

Sepanjang mata ini memandang dan melihat, hanya gambar-gambar calon-calon pembesar negeri ini. Semboyan-semboyan, gaya berpose, tulisan yang menunjukan sifat-sifat agitasi massa, seolah meramaikan pada lembar-lembar spanduk berwarna itu. Mereka berlomba-lomba agar mereka bisa terlihat dan mendapat simpati dari rakyat negeri ini, berharap 9 April nanti semua tangan mengarah padanya....

Keindahan kota inipun terabaikan demi sebuah kursi kekuasaan semata, kekuasaan pragmatis dari orang-orang yang mungkin juga pragmatis. Janji-janji mereka taburkan laksana untaian harapan semu bagi rakyat yang haus akan kejayaan, kemakmuran, dan kesetaraan negeri ini dengan negeri lainnya.

Satu yang saya pikirkan melihat itu semua,,,, Aneh!! Mereka berlomba-lomba untuk mengurusi negara yang memiliki masalah moral yang sudah berkarat ini, berlomba-lomba untuk menjadi wakil rakyat dan pemimpin rakyat dari rakyat yang tidak percaya kepada mereka. Mereka untuk itu semua menggunakan jutaan, ratusaan juta, bahkan milyaran uang untuk mendapatkan hal itu. Simpelnya,, mereka menggunakan uang mereka milyaran, konon hanya untuk membenahi negara ini,, konyol ! !

Bohong kalau bukan masalah materialisme yang mereka emban,, ya,, balik modal dan meningkatkan status mereka yang menjadi ladasan dan patokan utama mereka. Rakyat pun tau mengurus negara ini susah, mereka malah berlomba-lomba dengan uang pula untuk masuk ke dalam sistem ketatanegaraan negara ini. Hahaha...

Bayangkan membuat satu spanduk baliho saja sudah berapa juta, belu lagi kalau di pajang pada papan reklame resmi, berapa ratus juta pajak yang harus dibayarkan oleh para politikus itu?? Stiker-stiker kecil, kaos-kaos oblong, belom lagi doorprize yang diberikan pada saat kampanye terbuka, uang capex menajdi masa kampanye (rata-rata 25.000 per kepala). Seandainya semua uang tu digunakan untuk membangun negeri ini secara real,, langsung membantu rakyat-rakyat yang kelaparan, anak-anak putus sekolah, berapa jiwa yang terbantu.

Agama dan dalih-dalih demi rakyat pun dijadikan kendaraan politik yang bisa melaju cepat di lintasa yang sudah rapuh dan berkarat. Apakah pola tersebut merupakan cerminan dari sebuah demokrasi yang diagung-agungkan oleh negara-negara utara dan barat sana?? Atau hanya sebuah demokrasi karbitan yang berujung pada sebuah sistem bobrokrasi yang menjadi bumerang bagi bangsa ini.. Hanya anda yang bisa menjawab!!

Terimakasih pada orang-orang yang berjuang karena hati dan rakyat tertindas, pemimpin-pemimpin jujur (anda hebat),,, angkat topi pada orang yang berjuang karena uang dan status (jari tengah buat anda),,,

Read More......

Kamis, 19 Maret 2009

BAHASA DAN FUNGSINYA

Kehadiran bahasa dalam ruang lingkup manusia tidak dapat dianggap dalam suatu ruang hampa. Bahasa merupakan wahana komunikasi utama manusia.
Dalam arti luas, bahasa memiliki dua ciri utama:
Bahasa digunakan dalam proses transmisi pesan.
Bahasa merupakan kode yang pengunaanya di tentukan oleh bersama oleh warga suatu kelompok atau masyarakat.
Karenanya bahasa disebut berdimensi sosial. Ini berarti, bahasa merupakan suatu aspek kehidupan sosial manusia.
Bahasa adalah sebuah intitusi sosial yang direncanakan, dimodifikasi dan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan kultur atau subkultur yang terus berubah. Karenanya, bahasa dari budaya satu berbeda dengan bahasa dari budaya lain, dan sama pentingnya, bahasa dari suatau subkultur berbeda dengan bahasa dari subkultur yang lain (montegomerry, 1986) dan devito (1998:157)
Dalam pembahasan ini yang di maksud subkultur, adalah kelompok-kelompok dalam sebuah kultur yang besar. Ini dapat didasarkan atas agama, wilayah geografis, pekerjan, orentasi afeksi, suku bangsa, kebangsaan, kondisi hidup dan sebagainya.


DEFINISI BAHASA


1 Robet Lado (1979)
Mendefinisikan bahasa merupakan alat pengikat kegiatan dan perasaan manusia.


2 Jack Richards (1985)
Mendefinisikan bahasa adalah system komunikasi manusia yang memiliki susunan bunyi yang bersetruktur untuk membentuk uniti-uniti yang lebih besar.


3 Mario Pei (1980)
Mendefinisikan bahasa adalah sebagai satu system komunikasi dengan bunyi, beroprasi melalui alat ujar dan pendengaran diantara anggota masyarakat tertentu, dan menggunakan simbol vocal yang memiliki makana konvensional.


4 Webster’s Ne Collegiate Dictionary (1981)
Mendefinisikan bahasa sebagai salah satu alat untuk menyamapaikan gagasan atau perasaan dengan mengunakan tanda-tanda, bunyi-bunyi, isyarat-isyarat atau cirri-ciri yang memiliki makna yang di mengerti secara konvensional.


5 Mary Finocchiaro(1980)
Mendefinisikan bahasa adalah satu system simbol vocal yang arbitrer yang memungkinkan semua orang dalam budaya tertentu, atau orang lain yang mempelajari system budaya berkomunikasi atau berinteraksi.


6 Harimurti Kridalaksana (1994)
Mendefinisikan bahasa sebagai system lambang yang arbiter yang dipengaruhi oleh satu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengindentifikasikan diri.
Hakikat bahasa
Dari pengertian bahasa yang dikemukan para pakar di atas, kalau diimplementasikan didapatkan beberapa ciri yang hakiki dari bahasa ciri-ciri itu anatar lain:
1) Bahas merupakn sebuah sistem
2) Bahas merupakan symbol atau lamabang bermakna
3) Bahas merupakn ucapan
4) Bahas bersifat arbitere/konvensional
5) Bahasa itu manusiawi
6) Bahas merupakan alat komunikasi
Fungsi bahasa
Merupakan satu kenyataan bahwa manusia mepergunakan bahasa sebagai sarana komunikasi vital dalam menjalankan kehidupannya. Bahasa adalah milik umat manusia. Kemampuan berbahas adalah ciri pembeda umat manusia dengan mahluk hidup lainnya di dunia ini. Setiap anggota masyarakat terlibat dalam komunikasi linguistik di satu pihak dia bertindak sebagai pembicara (spesker) dan di lain pihak bertindak sebagi penyimak (reciver). Itulah fungsi bahasa.
Fungsi bahas terbagi sebagai berikut:
Untuk Tujuan Ekspresi Diri
Dengan bahasa manusia dapat mengekspersikan dirinya atau mengungkapkan segala Sesutu yang berada di dalam dunia batinnya terlepas dari tujuan yang yang menyebabkan seseorang berbahasa, sebagai alat ekspresi, bahasa merupakan sarana yang paling ampuh untuk melepasakna diri dari belenggu yang menghimpit batin kita. Sesuatu yang hanya baru taraf angan-angan pun dapat di disampaikan melalui bahasa. Oleh karena itu bahas bukan saja mencerminkan gagasan dan pikiran melainkan juga mencerminkan perilaku seseorang. Dengn kata lain, bahasa adalah alat ukur untuk menyatakan keberadaan manusia.
Untuk Tujuan Komunikasi
Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari eksperesi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila eksperesi diri kita tidak di terima atau dipahami oleh orang lain. Dengan komunikasi kita dapat menyampaikan semua yang kita rasakan, pikiran yang kita ketahui kepada orang lain. Sebagai alat komunikasi bahsa merupakan saluran perumusan maksud yang akan disampaikan.
Untuk Tujuan Intergerasi Sosial Dan Adaptasi Sosial
Bahasa disamping sebagai salah satu unsur kebudayan, memungkinkan pula manusia memanfatkan pengalman–pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu, serta dengan bahasa kita dapat bersosialisasi sesama manusia. Dapat dikatakan bahwa bahasa dapat dijadikan sarana bagi seseorang dalam menyesuaikan diri atau membaur kedalam kelempok masyarakat tertentu.
Untuk Tujuan Kontrol Sosial
Fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial adalah bahasa dapat dimanfatkan untuk mengatur berbagai aktivitas yang dilakukan manusia.


sumber: berbagai sumber

Read More......

APA ITU SEMIOTIKA

Semiotika berasal dari kata Yunani : semion, yang berarti tanda. Dalam pandangan Piliang, dikutif Sumbo Tinarbuko penjelajahan semiotika sebagai metode kajian ke dalam cabang keilmuan ini untuk memandang berbagai wacana sosial sebagai fenomena bahasa. Dengan kata lain, bahasa dijadikan model dalam berbagai wacana sosial.

Tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu yang lain. Dalam pandangan Zoest*, segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuat teramati dapat disebut tanda. Karena tidaklah terbatas pada tanda. Karena itu, tanda tidaklah terbatas pada benda.

Semiotika ilmu yang mempelajari tentang tanda. Tanda-tanda tersebut menyampaikan informasi sehingga bersifat komunikatif. Ia mampu menggantikan sesuatu yang lain yang dapat dipikirkan atau dibayangkan. Cabang ilmu ini semula berkembang dalam bidang bahasa, kemudian berkembang pula dalam bidang seni rupa dan desain komunikasi visual.

Teori Pierce (North, 1995:45), maka tanda-tanda dalam gambar dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotik. Di anataranya : ikon, indeks dan simbol.

Ikon : adalah tanda yang mirip dengan yang diwakilinya. Dapat pula dikatakan, tanda yang memiliki ciri-ciri sama dengan apa yang dimaksudkan.

Indeks : merupakan tanda yang memiliki hubungan sebab akibat dengan apa yang diwakilinya. Atau disebut juga tanda sebagai bukti. (asap dan api) asap menunjukan adanya api.

Simbol : merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan, atau perjanjian yang disepakati bersama. Simbol baru dapat dipahami jika seseorang sudah mengerti arti yang telah disepakati sebelumnya. Garuda Pancasila. yang memiliki perlambang dan makna.

(Dari Buku : Semiotika Komunikasi Visual : Sumbo Tinarbuko)


Read More......

Rabu, 18 Maret 2009

Infrastruktur jalan Tol Jakarta – Merak sangat buruk

Jika kita melewati jalan tol Jakarta – Merak sekarang ini sering sekali terjadi kemacetan yang diakibatkan oleh penyhempitan jalan akibat konstruksi perbaikan jalan yang dilakukan pemerintah.
Akan tetapi perbaikan jalan yang memakan waktu yang lama ini dirasa menjadi penghambat dan menimbulkan kesan bahwa pemerintah tidak serius dalam memperbaiki jalan Tol tersebut. Jika kita perhatikan lebih seksama lagi, jalan yang diperbaiki hanya terbatas pada jalan yang itu – itu saja. Yaitu pada KM.46 ( Rest area balaraja barat ) serta jalan – jalan yang ada disekitarnya. Hal ini lah yang membuat asumsi bahwa perbaikan ini hanya permainan memberi pekerjaan yang dilakukan pemerintah.jika saja pemerintah bisa lebih serius dengan perbaikan ini, mungkin saja jalan yang sudah diperbaiki tidak akan menjadi rusak lagi dengan segera dikarenakan oleh lalu – lalangnya kendaraan besar yang notabene sering sekali melewati jalan tersebut. Kerugian pun bisa diperkirakan terjadi pada sebagian besar jasa Cargo Shipping karena jalan Tol tersebut merupakan penghubung utama dari Berbagai daerah ke wilayah pelabuhan seperti merak dan labuan yang memang notabene merupakan wilayah yang padat aktifitas bongkar muat barang antar wilayah dengan menggunakan kapal laut.Jalan Tol ini juga biasa digunakan oleh para pendatang yang berasal diluar pulau untuk pulang kampong atau para pribumi yang akan pergi ke luar pulau. Jalan Tol ini juga biasa digunakan oleh para Mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi yang berada di Tangerang dan sekitarnya untuk mencapai tujuannya berkuliah di Serang

Sementara mengenai jalan-jalan yang rusak, menurut data dinas perhubnagn (DLLAJ) , di Provinsi Banten sedikitnya terdata jalan rusak sepanjang 8,7 km.

Umumnya mereka berpendapat bahwa pemerintah sepertinya lambat dan terkesan ogah – ogahan dalam pengerjaan infrastruktur jalan ini. Para koresponden yang umunya Mahasiswa Untirta ini juga mengeluhkan kemacetan yang sering terjadi yang mengakibatkan mereka sering terlat untuk mengikuti perkuliahan yang kampusnya berada di Serang dan Cilegon ini. mereka juga beharap agar perbaikan jalan ini akan segera selesai.

Read More......

Selasa, 17 Maret 2009

Tegar


Andai matahari dpT meNgUntai kata,,
pzT ia kaN b'kata,,
"tyta taK mUdaH tUk meNjadi teGar,,
berUsaha naMpak k0k0h d Luar naMuN rapUh d dLm,,
berKamUflase atas uNtaian kata2 bijaK bAgi lain jiwa,naMuN terUntUk jG bAgi jiwaNy,,
meNc0bA tUk terSenyuM hny agar tak tErliHat kaLah dR ap yG meMbeLengGu. . .
AhH. . .Sampai kpN qUw maMpu meMberi teraNg bagi smeSta,,jK cHya yG qUw miLiki kini mUlai mereDuP. . .??!"
ya allah. . .terNyAtA meMang tak s'mUdaH iTu meNjaDi tegaR,,

karNa qUw msH meMbuTuhkaN mUw tUk meNeGarkan QuW agar smakiN teGar.

Read More......