Kamis, 26 Maret 2009

KRITIKAN KECIL yang diungkap SEORANG yang KECIl kepada calon pemimpin

Sepanjang mata ini memandang dan melihat, hanya gambar-gambar calon-calon pembesar negeri ini. Semboyan-semboyan, gaya berpose, tulisan yang menunjukan sifat-sifat agitasi massa, seolah meramaikan pada lembar-lembar spanduk berwarna itu. Mereka berlomba-lomba agar mereka bisa terlihat dan mendapat simpati dari rakyat negeri ini, berharap 9 April nanti semua tangan mengarah padanya....

Keindahan kota inipun terabaikan demi sebuah kursi kekuasaan semata, kekuasaan pragmatis dari orang-orang yang mungkin juga pragmatis. Janji-janji mereka taburkan laksana untaian harapan semu bagi rakyat yang haus akan kejayaan, kemakmuran, dan kesetaraan negeri ini dengan negeri lainnya.

Satu yang saya pikirkan melihat itu semua,,,, Aneh!! Mereka berlomba-lomba untuk mengurusi negara yang memiliki masalah moral yang sudah berkarat ini, berlomba-lomba untuk menjadi wakil rakyat dan pemimpin rakyat dari rakyat yang tidak percaya kepada mereka. Mereka untuk itu semua menggunakan jutaan, ratusaan juta, bahkan milyaran uang untuk mendapatkan hal itu. Simpelnya,, mereka menggunakan uang mereka milyaran, konon hanya untuk membenahi negara ini,, konyol ! !

Bohong kalau bukan masalah materialisme yang mereka emban,, ya,, balik modal dan meningkatkan status mereka yang menjadi ladasan dan patokan utama mereka. Rakyat pun tau mengurus negara ini susah, mereka malah berlomba-lomba dengan uang pula untuk masuk ke dalam sistem ketatanegaraan negara ini. Hahaha...

Bayangkan membuat satu spanduk baliho saja sudah berapa juta, belu lagi kalau di pajang pada papan reklame resmi, berapa ratus juta pajak yang harus dibayarkan oleh para politikus itu?? Stiker-stiker kecil, kaos-kaos oblong, belom lagi doorprize yang diberikan pada saat kampanye terbuka, uang capex menajdi masa kampanye (rata-rata 25.000 per kepala). Seandainya semua uang tu digunakan untuk membangun negeri ini secara real,, langsung membantu rakyat-rakyat yang kelaparan, anak-anak putus sekolah, berapa jiwa yang terbantu.

Agama dan dalih-dalih demi rakyat pun dijadikan kendaraan politik yang bisa melaju cepat di lintasa yang sudah rapuh dan berkarat. Apakah pola tersebut merupakan cerminan dari sebuah demokrasi yang diagung-agungkan oleh negara-negara utara dan barat sana?? Atau hanya sebuah demokrasi karbitan yang berujung pada sebuah sistem bobrokrasi yang menjadi bumerang bagi bangsa ini.. Hanya anda yang bisa menjawab!!

Terimakasih pada orang-orang yang berjuang karena hati dan rakyat tertindas, pemimpin-pemimpin jujur (anda hebat),,, angkat topi pada orang yang berjuang karena uang dan status (jari tengah buat anda),,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar